Sabtu, 06 Desember 2008

Pemilu dan Demokrasi dari Sudut Pandang Seorang Golput

Banyak alasan seseorang memilih golput dalam pemilu, pilkada ataupun pilpres. Pertama, sebagian memilih golput karena sudah jenuh dan tidak percaya lagi dengan sistem yang ada. Apapun hasilnya, keadaan tidak banyak berubah. Pengalaman dari pemilu yang lalu-lalu yang menang dan berkuasa ya orangnya itu-itu juga. Korupsi, kolusi dan nepotisme tetap menjadi budaya laten yang mengurat-akar. Sedangkan rakyat kecil semakin terhimpit oleh beban kebutuhan ekonomi yang tiap hari semakin berat. Mungkin sebagian ada yang sampai berfaham nihilisme.

Kedua, memilih golput karena pemilu dan demokrasi adalah produk import dari dunia barat, meniadakan hak-hak Tuhan untuk ditaati, karena pada pemilu dan demokrasi, suara terbanyaklah yang menang, benar dan berkuasa. Kalau mayoritas menghendaki untuk menghalalkan judi dan miras ya menjadi halal-lah hal itu. Demokrasi dianggap melucuti hak Tuhan untuk mengatur kehidupan makhluk-Nya di muka bumi. Sebagian dari kelompok ini mungkin menjadi begitu ekstrim sehingga menganggap pemerintahan yang dihasilkan oleh sistem pemilu dan demokrasi adalah pemerintahan kafir, wajib diperangi, antek barat dan harus diberontak. Ini hanya sebagian, karena tidak semua yang golput dengan alasan ideologis di atas menjadi ekstrim. Coba lihat di sini

Ketiga, memilih golput karena memang tidak ada pilihan lain selain golput. Untuk yang ini lebih tepatnya ‘terpaksa golput’, mungkin karena lagi berada di luar negeri, sedang kerja eksplorasi di tengah hutan (kayak saya..hehe), sedang menangani rig di lepas pantai, atau memang tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di KPPS setempat.

Saya tidak ingin berkomentar mana yang benar dan yang salah. Toh setiap orang punya pilihannya masing-masing. Golput juga memilih, ‘memilih untuk tidak memilih’. Hanya sedikit memprediksi, jumlah pemilih yang golput bakalan meningkat tahun depan.

Ada alasan lain lagi? Silahkan tambahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar